PDM, Ciamis – Sistem endokrin adalah jaringan kompleks kelenjar dan hormon yang berperan penting dalam mengatur fungsi tubuh manusia, seperti pertumbuhan, metabolisme, reproduksi, hingga respons terhadap stres. Keberadaan sistem ini menjadi salah satu bukti nyata kekuasaan Allah SWT dalam menciptakan manusia secara sempurna. Al-Qur’an menggambarkan keajaiban penciptaan manusia dalam ayat berikut:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4).
Namun, sistem endokrin yang dirancang sempurna ini dapat terganggu akibat gaya hidup yang tidak selaras dengan ajaran Al-Qur’an dan hadits.
Ketidakseimbangan hormon sering kali menjadi akar dari berbagai penyakit, yang seharusnya bisa dicegah dengan sikap bersyukur dan mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Kortisol: Hormon Stres dan Hikmah Tawakal
Kortisol, yang dikenal sebagai hormon stres, diproduksi oleh kelenjar adrenal. Hormon ini membantu tubuh menghadapi situasi darurat, tetapi kadar yang terlalu tinggi akibat stres kronis dapat memicu berbagai masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, insomnia, obesitas, dan gangguan imun.
Islam mengajarkan kita untuk menghadapi stres dengan dzikir, shalat, dan tawakal kepada Allah. Allah SWT berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa aktivitas seperti dzikir dan shalat dapat menurunkan kadar kortisol, memberikan ketenangan, dan membantu tubuh kembali seimbang. Tawakal juga menjadi penawar bagi pikiran yang gelisah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Jika engkau bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka Allah akan memberimu rezeki sebagaimana burung yang keluar di pagi hari dengan perut kosong dan kembali di sore hari dengan kenyang.” (HR. Tirmidzi).
Endorfin: Hormon Kebahagiaan dan Keikhlasan

Endorfin adalah hormon yang meningkatkan rasa bahagia dan mengurangi rasa sakit. Aktivitas seperti olahraga, tertawa, dan melakukan amal kebaikan dapat meningkatkan produksi hormon ini. Dalam Islam, kebahagiaan sejati tidak hanya berasal dari aktivitas fisik, tetapi juga dari keikhlasan dalam beribadah dan berbuat baik kepada sesama.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi).
Berbuat baik dengan ikhlas dapat merangsang produksi endorfin, memberikan kebahagiaan yang mendalam. Shalat, yang melibatkan gerakan fisik dan konsentrasi, juga terbukti secara ilmiah meningkatkan kadar endorfin, menjadikan ibadah ini tidak hanya bernilai spiritual, tetapi juga menyehatkan.
Adrenalin: Respon Cepat dan Kesiapan Mental
Adrenalin, juga diproduksi oleh kelenjar adrenal, mempersiapkan tubuh untuk menghadapi situasi darurat dengan meningkatkan detak jantung dan aliran darah. Namun, jika tubuh terus-menerus dalam kondisi “siaga” akibat ketakutan atau kecemasan yang berlebihan, hal ini dapat menyebabkan kelelahan adrenal.
Islam mengajarkan keseimbangan antara kesiapan menghadapi tantangan hidup dan pengendalian rasa takut. Allah SWT berfirman:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi…” (QS. Al-Anfal: 60).
Kekuatan ini bukan hanya fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Dengan iman yang kokoh, kita dapat mengendalikan rasa takut dan menghindari aktivasi adrenalin yang berlebihan.
Oksitosin: Hormon Kasih Sayang dan Pentingnya Hubungan Sosial

Oksitosin, dikenal sebagai hormon cinta, memainkan peran penting dalam membangun hubungan sosial dan rasa percaya. Hormon ini diproduksi selama interaksi hangat, seperti berpelukan, berbicara dengan penuh kasih, atau bahkan tersenyum. Dalam Islam, hubungan kasih sayang yang dianjurkan sangat sejalan dengan fungsi hormon ini.
Allah SWT berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21).
Rasa kasih dan sayang yang tulus dapat meningkatkan produksi oksitosin, mempererat hubungan sosial, dan mendukung keseimbangan hormonal.
Ketidakseimbangan Hormon dan Penyakit
Ketidakseimbangan hormon sering kali merupakan hasil dari gaya hidup yang jauh dari prinsip-prinsip Islam. Contohnya:
- Diabetes Mellitus
Penyakit ini sering kali muncul akibat resistensi insulin, yang dipicu oleh pola makan yang berlebihan dan kurang sehat. Dalam Islam, Allah SWT mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dalam makan dan minum:
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.” (QS. Al-A’raf: 31).
Kurangnya rasa syukur atas nikmat makanan sering membuat seseorang lalai menjaga keseimbangan asupan, yang berujung pada penyakit kronis. - Hipertensi dan Penyakit Kardiovaskular
Stres berkepanjangan, yang meningkatkan kadar kortisol, sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi. Ketidakmampuan seseorang untuk berserah diri kepada Allah dapat memperburuk stres ini. Padahal, Islam mengajarkan kita untuk menyerahkan segala urusan kepada-Nya:
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar.” (QS. At-Talaq: 2).
Dengan bertawakal, kadar kortisol dapat ditekan, sehingga risiko hipertensi berkurang. - Gangguan Mental
Ketidakseimbangan hormon seperti serotonin dan dopamin sering dikaitkan dengan depresi dan kecemasan. Kurangnya rasa syukur dan dzikir dapat memperburuk kondisi ini. Dalam Islam, mengingat Allah adalah obat bagi hati yang gelisah:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Penelitian juga menunjukkan bahwa aktivitas spiritual, seperti shalat dan dzikir, dapat memengaruhi neurotransmitter otak, membantu menyeimbangkan hormon yang terkait dengan suasana hati. - Penyakit Reproduksi
Ketidakseimbangan hormon seperti estrogen dan testosteron sering menyebabkan gangguan reproduksi. Dalam Islam, menjaga kesucian diri dan hubungan yang halal dapat mencegah banyak gangguan ini. Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka.” (QS. Al-Mu’minun: 5-6).
Dengan menjalankan hubungan yang sesuai syariat, keseimbangan hormonal lebih mudah dijaga.
Syukur sebagai Penyeimbang Fisiologi dan Spiritual
Syukur tidak hanya berfungsi sebagai penguat iman, tetapi juga memiliki dampak nyata pada fisiologi tubuh. Ketika seseorang bersyukur, sistem limbik di otak merangsang pelepasan hormon positif seperti endorfin dan oksitosin. Aktivitas ini membantu mengurangi stres dan memperbaiki fungsi organ-organ tubuh. Sebaliknya, kurangnya syukur dapat menyebabkan ketidakpuasan dan memicu gangguan hormonal.
Sistem endokrin bukan hanya mekanisme biologis, tetapi juga refleksi dari kebesaran Allah SWT. Ketidakseimbangan hormon sering kali terjadi akibat gaya hidup yang tidak selaras dengan ajaran Islam. Dengan bersyukur, menjalankan dzikir, shalat, dan menjaga hubungan sosial yang baik, kita dapat menjaga keseimbangan hormonal dan kesehatan tubuh.
Islam memberikan panduan holistik untuk menjaga tubuh dan jiwa tetap seimbang. Dengan memahami sistem endokrin, kita semakin menyadari betapa luar biasa penciptaan Allah dan pentingnya menjaga amanah kesehatan sebagai bentuk ibadah kepada-Nya.
*) Oleh : dr.H. Ridwan Rahman Saleh, MMRS, Ketua Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Ciamis
*) IDEA PDM Ciamis atau rubrik IDEA di website PDMCiamis.or.id terbuka untuk seluruh warga Muhammadiyah. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@pdmciamis.or.id